JAKARTA – Dalam debat kandidat Pilkada Kota Bekasi pada (22/11), pasangan Heri Koswara-Sholihin mengusulkan program membudayakan Batik Kota Bekasi atas jawaban dari persoalan kebijakan strategis paslon agar kriminalitas tidak terjadi di kota Bekasi sebagai akibat dari akses negatif ketiadaan pekerjaan yang cukup. Dalam debat tersebut Sholihin menyampaikan bahwa pihaknya akan mewajibkan seluruh instansi, baik swasta maupun negeri, menggunakan Batik Kota Bekasi sebagai upaya meningkatkan permintaan dan memberikan peluang bagi warga untuk berdagang batik.
“Saya akan membudayakan nanti kita mengoptimalkan Batik Kota Bekasi, nanti kami punya instrumen regulasi bahwa semua instansi apakah swasta dan negeri wajib hukumnya nanti pakai Batik Kota Bekasi. Kalau ini dibudayakan, insyaallah banyak nanti permintaan-permintaan maka dari itu warga punya kesempatan untuk berdagang batik,” ujar Sholihin.
Namun, wacana yang dilontarkan Heri-Solihin sejatinya telah menjadi fokus perhatian Tri Adhianto selama menjabat. Di bawah kepemimpinan Tri Adhianto, pengembangan Batik Kota Bekasi telah menjadi salah satu program prioritas yang dijalankan dengan hasil nyata.
Tri Adhianto berhasil menambahkan beberapa pakem baru pada Batik Kota Bekasi, memperkaya identitas budaya lokal dan meningkatkan nilai estetikanya. Selain itu, penggunaan Batik Kota Bekasi telah diwajibkan bagi seluruh ASN di lingkungan Pemerintah Kota Bekasi pada hari-hari tertentu, sebagai langkah nyata untuk membudayakan batik di kalangan birokrasi.
Lebih dari itu, Tri Adhianto juga telah mempromosikan Batik Kota Bekasi hingga ke kancah internasional. Melalui event Bekasi Fashion Week dan fashion show di Den Haag, Belanda, Batik Kota Bekasi berhasil diperkenalkan kepada masyarakat mancanegara. Langkah ini tidak hanya mengangkat nama Kota Bekasi di tingkat global, tetapi juga memberikan peluang besar bagi UMKM lokal untuk berkembang.
Program ini membuktikan bahwa di era kepemimpinan Tri Adhianto, Batik Kota Bekasi tidak hanya dilestarikan sebagai warisan budaya, tetapi juga diberdayakan sebagai produk unggulan yang memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan komitmen yang nyata, jauh melampaui sekadar wacana.
“Kota Bekasi akan terus didorong sebagai pusat pertumbuhan UMKM dan industri kreatif. Tri-Harris berkomitmen untuk menyediakan pelatihan kewirausahaan, kemudahan akses permodalan, dan promosi produk lokal, sehingga mampu membuka lebih banyak lapangan kerja untuk masyarakat.” Ucap Tri usai debat dilaksanakan.
Dengan capaian ini, wacana Heri-Solihin terkait Batik Kota Bekasi dinilai sebagai pengulangan terhadap program yang sudah berjalan dengan baik. Tri Adhianto telah membuktikan bahwa langkah-langkah membudayakan Batik Kota Bekasi bukan hanya sebatas rencana, tetapi sudah diimplementasikan secara konkret dengan dampak nyata bagi masyarakat. (RED)